Menutup rapat seluruh bagian tubuh yang dianggap aurat telah menjadi gaya berbusana sebagian besar wanita muslim di tanah air. Meski demikian keinginan para muslimah untuk menutup diri tersebut tak terlepas dari keinginan untuk tetap tampil modis dan penuh gaya. Hal itu mendorong para perancang untuk terus berkreasi mencari bentuk-bentuk baru yang kaya alternatif. Sehingga bila bicara tentang busana muslimah, pilihan tidak hanya terpaku pada gamis, busana bergaya tunik atau abaya penuh payet, bermanik, dan berbordir.
Para perancang yang tergabung dalam Asosiasi Perancang dan Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) selama beberapa tahun terakhir ini rutin menggelar peragaan busana untuk menyajikan tren mode busana muslim terkini. Tahun ini, 10 perancang APPMI menggelar acara bertajuk Sutera Ramadhan - The New Idul Fitri 2008 Collection.Dalam peragaan yang berlangsung di The Cascade Lounge Hotel Mulia, Jakarta (21/7), ditampilkan busana berpotongan tunik hingga bergaris empire line. Meski serba tertutup tapi para perancang tetap mengedepankan unsur kenyamanan dan kepraktisan, sehingga berkesan ringan.
Salah seorang desainer, Nuniek Mawardi, anggota APPMI dari Jawa Barat, menampilkan busana muslim bertema “Exo Playism” yang terinspirasi dari keindahan tenun ikat Nusa Tenggara Timur dan warna-warni fantastik lukisan Mesir Kuno. Kombinasi warna tenun ikat NTT tampil dalam paduan toska, hijau, biru, dan ungu dengan merah, fuschia, kuning, dan oranye.
“Saya memang ingin menampilkan busana yang dinamis, nggak berlebihan, tapi tidak minimalis,” katanya disela acara pergelaran. Busana yang ditampilkan pun terlihat chic, berupa tunik-tunik selutut yang dipadankan dengan legging rajutan yang unik.
Desainer lain yang sore hari itu menggelar rancangannya, diantaranya Hannie Hananto, Jeny Tjahyawati, Merry Pramono, Adi Medina, Toera Imara, Ade Listiyani, Lia Afif, Nuniek Mawardi, Herman Nuari, dan Raizal Rais.
Islamic Fashion Festival
Sementara itu, selang satu hari setelah APPMI, digelar Islamic Fashion Festival (IFF) yang berlangsung dua hari di hotel Dharmawangsa, Jakarta. Parade busana muslim yang kreatif, gaya, sarat detail, ditampilkan oleh perancang dari Indonesia dan Malaysia.
Menurut ketua panitia, Dato Raja Rezza Shah, IFF merupakan ajakan halus tanpa paksaan dalam menghimbau para muslimah untuk menutup diri. Karena itu, pilihan busana yang ditawarkan pun bervariasi dari yang memiliki ketertutupan minimal berupa selendang dan terlihat rambutnya, hingga yang tertutup maksimal.
IFF diikuti 20 perancang. Dari Indonesia ada Biyan, Itang Yunasz, Sebastian Gunawan, Merdi Sihombing, Sekolah Mode ESMOD, Barli Asmara, Samuel Wattimena, Musa Widyatmojo, dan Meeta Fauzan. Sedangkan Malaysia mengikutkan perancang Albert King, Datin Sharifah Kirana, Iszal Citra, Andy Salleh, Aktif Bestari, Tengku Fara, Tangoo, Shareza Muslim, Defrico Audy, Adesagi, dan Calvin Thoo.
Pada hari kedua penyelenggaraan IFF, beberapa desainer mengangkat keunikan budaya lokal dalam detail ornamen, bahan, atau ide dasar yang menjiwai seluruh desainnya. Seperti yang ingin ditampilkan Merdi Sihombing dengan Songket Collection sebagai pembuka hari kedua.
Model baju kurung dari kain songket warna ungu muda terlihat cantikdengan kerudung putih. “Koleksi ini memang ide dasarnya mengangkat apa yang dari alam Indonesia diadaptasi untuk baju muslim untuk acara pesta,” ujar Merdi kepada Kompas.com.
Uniknya, teknik pembuatan detil ornamen swarovski pada tenun dilakukan bersamaan saat proses tenun (wave-in), biasanya hanya dijahit pada bahan tenun yang sudah jadi. “Dari segi pewarnaan juga alami dengan akar, batang, daun dari tanaman-tanaman yang ada di tanah air,” jelasnya.
Teknik tersebut, menurut Merdi, belum pernah digunakan di Indonesia bahkan di dunia. “Pemilihan benang untuk selendang ulos pun saya pake bahan yang ringan, selama ini kan ulos selalu berbahan kaku dan tebal. Saya ingin ciptakan ulos yang nyaman dipakai,” ungkapnya
Lain lagi dengan desainer muda Barli Asmara yang lebih menekankan jiwa muda, meskipun ide karyanya juga berawal dari tenun Bali. Ia menampilkan model empire line, rok bertumpuk-tumpuk dengan detil ornamen kristal swarovski dalam balutan warna lembut seperti abu-abu dan peach.
Selain busana muslim, ditampilkan pula pakaian renang. Desain pakaian renang perempuan muslim dengan warna-warna modern juga tampak dalam karya Aktif Bestari yang ready to wear.
Karya para desainer dari berbagai negara tersebut menunjukkan padu padan dan pilihan motif yang tak biasa ternyata bisa memberi inspirasi luar biasa. Begitulah Islamic Fashion Festival 2008 kali ini, inspirasi dari budaya dan jiwa muda melahirkan spirit baru bagi dunia fashion muslim dengan pilihan tema beragam.
Menurut ketua panitia, Dato Raja Rezza Shah, IFF merupakan ajakan halus tanpa paksaan dalam menghimbau para muslimah untuk menutup diri. Karena itu, pilihan busana yang ditawarkan pun bervariasi dari yang memiliki ketertutupan minimal berupa selendang dan terlihat rambutnya, hingga yang tertutup maksimal.
IFF diikuti 20 perancang. Dari Indonesia ada Biyan, Itang Yunasz, Sebastian Gunawan, Merdi Sihombing, Sekolah Mode ESMOD, Barli Asmara, Samuel Wattimena, Musa Widyatmojo, dan Meeta Fauzan. Sedangkan Malaysia mengikutkan perancang Albert King, Datin Sharifah Kirana, Iszal Citra, Andy Salleh, Aktif Bestari, Tengku Fara, Tangoo, Shareza Muslim, Defrico Audy, Adesagi, dan Calvin Thoo.
Pada hari kedua penyelenggaraan IFF, beberapa desainer mengangkat keunikan budaya lokal dalam detail ornamen, bahan, atau ide dasar yang menjiwai seluruh desainnya. Seperti yang ingin ditampilkan Merdi Sihombing dengan Songket Collection sebagai pembuka hari kedua.
Model baju kurung dari kain songket warna ungu muda terlihat cantikdengan kerudung putih. “Koleksi ini memang ide dasarnya mengangkat apa yang dari alam Indonesia diadaptasi untuk baju muslim untuk acara pesta,” ujar Merdi kepada Kompas.com.
Uniknya, teknik pembuatan detil ornamen swarovski pada tenun dilakukan bersamaan saat proses tenun (wave-in), biasanya hanya dijahit pada bahan tenun yang sudah jadi. “Dari segi pewarnaan juga alami dengan akar, batang, daun dari tanaman-tanaman yang ada di tanah air,” jelasnya.
Teknik tersebut, menurut Merdi, belum pernah digunakan di Indonesia bahkan di dunia. “Pemilihan benang untuk selendang ulos pun saya pake bahan yang ringan, selama ini kan ulos selalu berbahan kaku dan tebal. Saya ingin ciptakan ulos yang nyaman dipakai,” ungkapnya
Lain lagi dengan desainer muda Barli Asmara yang lebih menekankan jiwa muda, meskipun ide karyanya juga berawal dari tenun Bali. Ia menampilkan model empire line, rok bertumpuk-tumpuk dengan detil ornamen kristal swarovski dalam balutan warna lembut seperti abu-abu dan peach.
Selain busana muslim, ditampilkan pula pakaian renang. Desain pakaian renang perempuan muslim dengan warna-warna modern juga tampak dalam karya Aktif Bestari yang ready to wear.
Karya para desainer dari berbagai negara tersebut menunjukkan padu padan dan pilihan motif yang tak biasa ternyata bisa memberi inspirasi luar biasa. Begitulah Islamic Fashion Festival 2008 kali ini, inspirasi dari budaya dan jiwa muda melahirkan spirit baru bagi dunia fashion muslim dengan pilihan tema beragam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar